Itulah aktivitas rutin Musiran, warga Dusun Bogoran, Trirenggo, Bantul. Tiga puluh tahun sudah ia membudidayakan itik untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jumlah itik yang ia kembangkan sudah mencapai 1.110 ekor.
Pengembangan itik diarahkan untuk dua hal, produksi telur dan bibit. Untuk telur, peternak menjual dengan sistem butiran. Tiap butir dihargai Rp 1.100. Untuk bibit, ia jual Rp 3.500 per ekor. "Bibit adalah itik yang baru saja menetas. Pembeli bisa membeli bibit saat masih berwujud telur dengan harga Rp 1.200 per butir," katanya, Selasa (24/5).
Dalam sehari, jumlah telur yang terkumpul mencapai 660 butir atau setara Rp 726.000. Dari jumlah itu, Musiran harus menyisihkan sekitar Rp 500.000 untuk biaya pakan. Jadi, keuntungan bersih dari telur itik mencapai Rp 226.000 per hari. Untuk pakan, Musiran menghabiskan 190 kilogram konsentrat yang dicampur katul dan nasi aking.
Di Bogoran ada 25 warga yang mengembangkan usaha serupa. Mereka tergabung dalam Kelompok Ternak Itik Gurun Sahara. Jumlah populasi total itik mereka mencapai 3.000 ekor. Guna menjaga lingkungan supaya tidak kotor dan berbau, mereka mengandangkan itik secara berkelompok.
Ada enam kandang yang tersedia. Kandang itu berlokasi di sekitar sungai kecil. Tujuannya agar perkembangan itik lebih maksimal. "Itik paling suka berada di sungai. Makanya, lokasi kandang sengaja kami pilih berdekatan dengan sungai," kata Suhardi (40), peternak yang mengembangkan 200 ekor itik.
Ribuan itik itu tentu membutuhkan sistem keamanan yang memadai. Para peternak menerapkan sistem ronda bergiliran. Ronda terbukti efektif menjaga keamanan. "Selama ini belum ada kasus pencurian karena ronda rutin tiap malam," ujar Suhardi.
Awalnya budidaya itik hanya digeluti 1-2 orang. Setelah usaha terbukti mendatangkan hasil, warga lain tertarik. Mereka mengembangkan usaha tersebut secara serius. Tak hanya sebagai usaha sampingan, budidaya itik sudah menjadi sumber penghasilan pokok warga. "Baru sekitar setengah tahun ini saya mengembangkan itik dan ternyata hasilnya lumayan," kata Suparno, yang memiliki 450 ekor itik.
Suparno adalah pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bantul. Ia mengaku hasil beternak itik melebihi penghasilan sebagai PNS. "Saya memutuskan ikut beternak karena melihat banyak peternak yang sukses," tuturnya.
Telur dan bibit itik produksi Dusun Bogoran biasanya diambil para pedagang dari luar kota seperti Purworejo dan Kutoarjo, Jawa Tengah. Mereka tak pernah khawatir dengan permintaan pasar karena selama ini produksi mereka selalu terserap. Untuk itik yang dewasa atau sudah memasuki usia nonproduktif, peternak juga tak khawatir karena sejumlah pedagang bebek goreng menantinya.
Sekarang peternak justru khawatir ketika isu flu burung mencuat. Isu itu membuat permintaan telur dan daging drop. "Kami berharap flu burung sudah mereda karena kami juga sudah aktif memberi vaksinasi," katanya.
Berdasarkan data Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan Bantul, pencapaian kegiatan vaksinasi unggas di Bantul tahun ini baru mencapai 52 persen. Dari total populasi unggas 580.000 ekor, baru 304.000 ekor yang divaksinasi. Kenyataan ini seharusnya menjadi perhatian banyak pihak. Jangan sampai flu burung mewabah lagi....
Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar (Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang dipelihara sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik).
Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang mempunyai musim tropis dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai) dan Bali serta Lombok.
Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
- Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-INA;
- Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;
- Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.
MANFAAT BUDIDAYA ITIK
- Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.
- Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak itik.
- Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.
- Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun.
- Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.
PERSYARATAN LOKASI
Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah: letak lokasi jauh dari keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi yang mudah dijangkau dari lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandang, mempunyai iklim yang kondusif bagi produksi ataupun produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan penggusuran dalam beberapa periode produksi.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri, terutama dalam hal pemahaman tentang pancausaha beternak yaitu: (1). Perkandangan; (2). Bibit Unggul; (3). Pakan Ternak; (4). Tata Laksana dan (5). Pemasaran Hasil Ternak.
- Penyiapan Sarana dan Peralatan
- Persyaratan temperatur kandang ± 39 ° C.
- Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%
- Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang
- Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:
- kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m 2 mampu menampung 50 ekor DOD
- kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok
- kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterei ( satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor itik dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).
- Kondisi kandang dan perlengkapannya
Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam managemen
- Pembibitan
Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.- Pemilihan bibit dan calon induk
Pemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik adalah sebagai berikut :- membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya
- memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas
- membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah mendapat rekomendasi dari dinas peternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.
- Perawatan bibit dan calon induk
- Perawatan Bibit
Bibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya ditangani secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya sebagai berikut: bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam brooder adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itik tersebar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m² mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan dan tempat minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan
minumannya perlu ditambah vitamin/mineral. - Perawatan calon Induk
Calon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 – 6 ekor betina.
- Perawatan Bibit
- Reproduksi dan Perkawinan
Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating/pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara alami).
- Pemilihan bibit dan calon induk
- Pemeliharaan
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya penyakit. - Pengontrol Penyakit
Dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan tangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik. - Pemberian Pakan
Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–27 minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase. Cara memberi pakan tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu:- umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar (tray feeder)
- umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran dilantai
- umur 21 hari samapai 18 minggu disebar dilantai.
- umur 18 minggu–72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama secara pakan peralihan dengan memperhatikan permulaan produksi bertelur sampai produksi mencapai 5%. Setelah itu pemberian pakan itik secara ad libitum (terus menerus).
Dalam hal pakan itik secara ad libitum, untuk menghemat pakan biaya baik tempat ransum sendiri yang biasa diranum dari bahan-bahan seperti jagung, bekatul, tepung ikan, tepung tulang, bungkil feed suplemen.
Pemberian minuman itik, berdasarkan pada umur itik juga yaitu :- umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama iar minum ditambah vitamin dan mineral, tempatnya asam seperti untuk anak ayam.
- umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan air minum diberikan secara ad libitum (terus menerus)
- umur 28 hari-afkir, tempat minum berupa empat persegi panjang dengan ukuran 2 m x 15 cm dan tingginya 10 cm untuk 200-300 ekor. Tiap hari dibersihkan.
- Pemeliharaan Kandang
Kandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar produksi tidak terpengaruh dari kondisi kandang yang ada.
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
HAMA DAN PENYAKIT
Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:
- Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa
- Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kurang tepat
Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:
- Penyakit Duck Cholera
Penyebab: bakteri Pasteurela avicida.
Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.
Pengendalian: sanitasi kandang, pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat. - Penyakit Salmonellosis
Penyebab: bakteri typhimurium.
Gejala: pernafasan sesak, mencret.
Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.
PANEN
- Hasil Utama
Hasil utama, usaha ternak itik petelur adalah telur itik - Hasil Tambahan
Hasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoran ternak sebagai pupuk tanam yang berharga
PASCAPANEN
Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan selama 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk. Adapun perlakuan pengawetan terdiri dari 5 macam, yaitu:
- Pengawetan dengan air hangat
Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari. - Pengawetan telur dengan daun jambu biji
Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur pindang. - Pengawetan telur dengan minyak kelapa
Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warna kulit telur dan rasanya tidak berubah. - Pengawetan telur dengan natrium silikat
Bahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama satu bulan. - Pengawetan telur dengan garam dapur
Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 25-40% selama 3 minggu.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
- Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya itik di Semarang tahun 1999 adalah sebagai berikut:.- Permodalan
- Modal kerja
- Modal Investasi
- Modal kerja
- Biaya-biaya
- Biaya kelancaran usaha dan lain-lain ======================= Rp 4.000.000,-
- Biaya tetap
- Biaya tidak tetap
- Biaya pembayaran ransum:
- Biaya pembayaran itik siap produksi:
- Biaya pembayaran obat-obatan:
- Biaya pembayaran ransum:
- Pendapatan
- Penjualan telur tahun I ================================ Rp 384.749.920,-
- Penjualan telur tahun II =============================== Rp 615.600.000,-
- Penjualan telur tahun III =============================== Rp 615.600.000,-
- Penjualan itik culling 2 x 1.425 x Rp 2.000,- ================= Rp 5.700.000,-
- Permodalan
- Gambaran Peluang Agribisnis
Telur dan daging itik merupakan komoditi ekspor yang dapat memberikan keuntungan besar. Kebutuhan akan telur dan daging pasar internasional sangat besar dan masih tidak seimbang dari persediaan yang ada. Hal ini dapat dilihat bahwa baru dua negara Thailand dan Malaysia yang menjadi negara pengekspor terbesar. Hingga saat ini budidaya itik masih merupakan komoditi yang menjanjikan untuk dikembangkan secara intensif.
Usaha ternak itik bagi masyarakat dipedesaan merupakan salah satu mata pencaharian untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Pada umumnya itik dipelihara secara tradisional (ekstensif) dengan pengembalaan di lahan sawah atau rawa. Dengan semakin intensifnya pola tanam lahan sawah serta banyaknya bahan kimia yang digunakan, maka ketersediaan pakan itik secara alami menjadi berkurang termasuk kematian akibat keracunan pestisida. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui budidaya semi-intensif atau intensif. Pemeliharaan itik dengan sistem tersebut memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : produktivitas telur lebih tinggi, kesehatan dan keselamatan itik lebih terjamin, biaya pemeliharaan lebih efisien serta menghemat tenaga. Beberapa bangsa itik lokal yang sudah dikenal masyarakat dan mempunyai ciri tersendiri diberi nama sesuai daerah asalnya seperti itik Mojosari, Alabio, Tegal, Cirebon dan Magelang. Di daerah Banten, salah satu jenis itik lokal yang cukup dikenal dan banyak diusahakan masyarakat sebagai petelur adalah itik Damiaking. Warna bulu itik jenis ini seperti jerami padi kering, warna kaki dan paruh hitam, sedangkan bobot badan betina dewasa berkisar antara 1,5 – 2,2 kg.
DESKRIPSI TEKNOLOGI
DESKRIPSI TEKNOLOGI
KEUNGGULAN INOVASI
Usaha ternak itik skala rumah tangga dengan budidaya semi-intensif memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : produktivitas telur lebih tinggi dibanding teknologi ekstensif yang biasa diterapkan peternak, produktivitas bulanan berkisar antara 41,5 – 76,1 % (rataan 54,6 %) atau setara dengan 160 – 165 butir/ekor/tahun, pemanfaatan keong mas (hama padi) sebagai pakan dapat diperoleh dari sawah serta membuka kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat. Selain itu, usaha tersebut juga merupakan salah satu upaya penanggulangan kemiskinan di pedesaan.
PENERAPAN INOVASI
Usaha ternak itik skala rumah tangga dengan budidaya semi-intensif memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : produktivitas telur lebih tinggi dibanding teknologi ekstensif yang biasa diterapkan peternak, produktivitas bulanan berkisar antara 41,5 – 76,1 % (rataan 54,6 %) atau setara dengan 160 – 165 butir/ekor/tahun, pemanfaatan keong mas (hama padi) sebagai pakan dapat diperoleh dari sawah serta membuka kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat. Selain itu, usaha tersebut juga merupakan salah satu upaya penanggulangan kemiskinan di pedesaan.
PENERAPAN INOVASI
0 komentar:
Posting Komentar