Ternak kambing merupakan ternak yang umum dipelihara di pedesaan. Masalah yang sering dijumpai adalah serangan penyakit yang sangat merugikan peternak karena dapat menghambat pertumbuhan, reproduksi, bahkan kematian ternak. Bagi peternak di pedesaan untuk mengobati ternak yang sakit sering mengalami kesulitan, karena jauh dari kota (toko obat) dan harga obat yang terlalu mahal, sehingga sulit terjangkau oleh peternak. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dicari alternatif lain yaitu dengan menggunakan obat tradisional yang ada dan dapat dilakukan peternak serta harganya murah. Namun demikian usaha pencegahan juga perlu dilakukan dengan menjaga kebersihan ternak dan lingkungannya, pemberian pakan yang cukup (kualitas dan kuantitas), bersih dan tidak beracun.
Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) LPTP Koya Barat memberikan Tips bagi Anda untuk mengatasi berbagai penyakit yang sering menyerang kambing melalui pengobatan tradisional.
Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:
1. SCABIES (KUDIS)
Penyebab: parasit yang terdapat pada kotoran yang terjadi karena kandang kotor dan ternak tidak pernah dimandikan.
Tanda- tanda:
- Kerak - kerak pada permukaan kulit
- Ternak selalu menggesekan bagian kulit yang terserang kudis
- Kerontokan bulu, kulit menjadi tebal dan kaku
Pengobatan :
Cukur bulu sekitar daerah terserang, mandikan ternak dengan sabun sampai bersih, kemudian jemur sampai kering. Setelah kering dapat diobati dengan menggunakan:
1. Belerang dihaluskan, dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian dipanaskan dan digosokkan pada kulit yang sakit.
2. Belerang dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian kulit yang sakit.
3. Kamper / kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada bagian kulit yang sakit.
Pencegahan:
- Ternak yang berpenyakit kudis tidak boleh bercampur dengan ternak yang sehat.
- Ternak yang baru dibeli harus bebas dari penyakit kudis
- Mandikan ternak dua minggu sekali.
- Bersihkan kandang seminggu sekali.
2. BELATUNGAN ( MYASIS )
Penyebab: Luka daerah yang berdarah diinfeksi oleh lalat sehingga lalat berkembangbiak (bertelur) dan menghasilkan larva belatung.
Tanda-tanda:
- Adanya belatung yang bergerak-gerak pada bagian yang luka
- Bila belatungan pada kaki/teracak maka ternak terlihat pincang.
Pengobatan:
- Bersihkan luka dari belatung, kemudian obati dengan gerusan kapur barus atau tembakau.
- Luka dibungkus dengan kain/perban untuk melindungi dari terjadinya luka baru atau kotoran.
- Pada hari berikutnya luka dibersihkan, pengobatan diulang dan dibungkus kembali. Biasanya dua atau tiga kali pengobatan sudah sembuh.
- Bila belatung sudah terbasmi, pemberian yodium tinctur dapat dipakai untuk mempercepat pertumbuhan.
3. CACINGAN
Penyebab: Bermacam-macam cacing terjadi karena kandang yang kotor atau padang pengembalaan yang kotor.
Tanda-tanda:
- Kurus, bulu agak berdiri dan tidak mengkilap
- Sembelit atau mencret
- Lesu dan pucat
- Daerah rahang terlihat membengkak
- Mati mendadak
Pengobatan:
1. Tepung buah pinang dicampur dengan nasi hangat dikepal-kepal kemudian dipaksakan untuk dimakan ternak. Ternak dianjurkan untuk dipuasakan terlebih dahulu.
2. Daun kelor yang tua dibakar, kemudian debunya dicampur air dan diminumkan. Pengobatan diulangi satu minggu kemudian.
Pencegahan:
- Kandang dibuat panggung dan bersih
- Pengaritan rumput setelah panas yaitu pada jam 12.00-15.00 atau pengembalaan ternak pada siang hari jam 10.00-15.00.
- Jangan menggembalakan ternak pada daerah rawa, sungai dan sawah.
4. KERACUNAN TANAMAN
Penyebab: Ternak memakan rumput-rumputan atau daun-daunan yang mengandung zat racun.
Tanda-tanda:
- Mati mendadak, mulut berbusa, kebiruan pada selaput lendir, pengelupasan kulit/eksim atau terjadi pendarahan.
Pengobatan:
- Cekoklah ternak dengan air kelapa muda.
Pencegahan:
- Tidak memberikan tanaman beracun atau menggembalakan ternak di daerah yang banyak tumbuh tanaman yang mengandung racun.
Sumber : Kumpulan peragaan dalam rangka Penelitian Ternak Kambing dan domba di pedesaan, Balitnak, Ciawi.
0 komentar:
Posting Komentar